Ketika Campur Racun Ditolak Habib Riziek - suara-onlin
Home » , , » Ketika Campur Racun Ditolak Habib Riziek

Ketika Campur Racun Ditolak Habib Riziek

Posted by Unknown
suara-onlin, Updated at: November 16, 2016


KETIKA CAMPUR RACUN DITOLAK HABIB RIzieK -Juz II-

(Sebuah Dialog Bersama Sabda, Anakku. Istriku juga Ikut-ikutan)

Oleh : Sanghyang Mughni Pancaniti

Mughni :
"Abah mau ke toko dulu, Assalamualaikum.!"

Sabda :
"Tunggu dulu, Bah, kita ngopi dulu sebentar."

Mughni :
"Umurmu baru 3 bulan, berani-beraninya ngajak ngopi.!"

Sabda :
"Sesekali bayi ngopi. Tidak akan ditahan polisi, Kan?"

Dewi :
"Tuh lihat si Sabda, abah ajak terus dia ngobrol yang tinggi-tinggi, makanya jadi begitu. Bahasanya jadi aneh-aneh.!"

Sabda :
"Bah, masih cocok tidak ngobrolin Habib Rijek?"

Dewi :
"Hush.! Habib Rizieq Shihab, gituh, yang sopan kamu, Sabda.! Itu Ulama besar."

Sabda :
"Kalau ulama besar, dia berarti tidak akan marah kalau saya tidak sopan kepadanya, Mah. Seseorang disebut Ulama besar, berarti tingkah lakunya harus mirip Kanjeng Nabi Muhammad. Kata pak Ustadz, Rasul pernah menerima ketidak-sopanan, dihina, dilempari kotoran unta, tapi sabar. Apalagi Habib Rijek, selain Ulama besar, dia juga turunan Nabi. Dia mewarisi darah manusia agung itu."

Mughni :
"Sudah jangan ribut. Anggap saja soal Habib Rijik masih layak dibicarakan. Apa yang mau kamu diskusikan, Sabda?"

Sabda :
"Begini, Bah.."

Dewi :
"Sabda, turunkan kaki kamu dari meja. Jangan seperti itu.!"

Sabda :
"Oh iya maaf, Mah."

Mughni :

"Sudah, Mah, biarkan. Apa yang mau kamu omongkan, Sabda?"

Sabda :
"Menurut Abah, apakah Habib Rijek sengaja memplesetkan Sampurasun menjadi Campur Racun?"

Mughni :
"Sengaja. Melecehkan malah."

Sabda :
"Abah tahu darimana?"

Mughni :
"Dalam Videonya, Habib Rijik mengucapkan Campur Racun sambil berteriak puas, dengan wajah meledek, mulut dimonyongkan, bersandar puas, dan jamaahnya tertawa. Tidak sampai disitu, dia meminta kepastian atas ucapannya kepada yang hadir, 'Betuuuull?', semua orang menyahut, 'Betuuuul.'. Ledekannya itu tidak jauh beda ketika ia meledek Gus Dur dengan bilang, 'Gus Dur itu selain buta matanya, buta juga hatinya'. Atau ketika dia tertawa nyinyir bicara Tateng, seseorang yang mengaku Nabi, 'Saya baru denger ada nama Nabi Tateng. Besok ada Nabi Udin, Nabi Entong'. Masih banyak lagi, Sabda."

Sabda :
"Bagaimana abah menilai gerak tubuh Habib Rijek sebagai pelecehan?"

Mughni :
"Sabda, setolol-tololnya Abah ketika kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, gerakan tubuh dan nada suara seperti itu adalah meledek, bahkan melecehkan."

Dewi :
"Sebentar, Bah, maksud 'kepastian ucapannya' itu bagaimana? Tadi ketika Habib Rizieq bertanya, 'Betuuul??'"

Mughni :
"Bahwa 'Sampurasun' memang pantas untuk diplesetkan menjadi 'Campur Racun'. Makanya, dia meminta pembenaran dari jamaahnya dengan bertanya 'Betuuul??'."

Sabda :
"Tapi, Bah, dari beberapa tulisan Habib Rijek, Organisasi, dan Tokoh Agama yang mendukungnya, Sang Habib tidak berniat melecehkan budaya Sunda, apalagi menghina. Kita kan harus melihat orang itu dari niatnya, Bah? Bukankah itu yang sering Abah ajarkan pada saya?"

Mughni :
"Habib Rijik itu sangat jarang menilai prilaku seseorang dari niatnya, tapi dari apa yang dilihat mata dan didengar telinganya. Kalau yang dilihat matanya adalah jelek dan salah, maka akan ia tolak, serang, kecam, tuntut, tanpa mau tahu apa niatnya. Makanya, dalam membahas Campur Racun yang diucapkannya pun, abah menggunakan cara berfikir dia. Kalau Dia pake pentungan, abah pun pake pentungan. Dia pake golok, abah pun pake golok. Biar seimbang."

Sabda :
"Apa buktinya kalau dia jarang melihat niat seseorang yang diserangnya?"

Mughni :
"Kita bawa contoh kasus dengan Bupati Purwakarta saja, tentang isu 'Menikah dengan Nyi Roro Kidul'. Dalam tulisannya, tanpa 'konfirmasi niat', Habib Rijik memvonis Musyrik Sang Bupati. Bayangkan, Sabda, 'Musyrik', sebuah dosa yang Allah tak sudi mengampuninya, sudah ia lemparkan dahulu tanpa melihat niat yang terkandung di dalam dada sang Bupati. Padahal seperti dijelaskan, Nyi Roro Kidul itu simbol dari kecantikan Laut Selatan, sehingga Raja atau Pemimpin harus mencintai, merawat, dan melindungi laut sebagai kemakmuran. Seorang pemimpin harus menikahi laut, menjaganya, tidak merusak dan menghancurkan, agar keseimbangan alam terjaga. Ini maksud 'Menikah dengan Nyi Roro Kidul' Tapi apakah Habib Rijik Peduli dengan niat dan Filosofis ini? Tidak, Sabda, dia hanya peduli dengan yang dilihatnya. Termasuk ketika ia menghancurkan patung wayang di Purwakarta, dia anggap sebagai kota berhala. Padahal niat Sang Bupati tidak seperti itu. Masih banyak lagi Sabda hal semacam ini dalam sepak terjang Habib Rijik. Misalnya, saat menuntut Keputusan Gus Dur membela Inul dan Ahmadiyah, saat mengecam Band Dewa 19 yang menggunakan lafadz Allah saat konser, saat mengutuk kampus Islam yang bilang 'SELAMAT DATANG DI KAWASAN BEBAS TUHAN' dan 'TUHAN MEMBUSUK'. Ketika mengecam itu semua, Habib Rijik tidak mau tahu apa niat sesungguhnya dari manusia-manusia yang diserangnya, merusak Islam atau bukan."

Sabda :
"Oh gitu, ya."

Mughni :
"Dia terlanjur melecehkan Sampurasun menjadi Campur Racun, tidak peduli apapun niatnya, memohon maaf kepada masyarakat Sunda adalah jalan terbaik menurut Abah. Sebagaimana ia dulu, menuntut banyak pihak untuk meminta maaf, karena dianggap melecehkan Agama Islam, tanpa mempedulikan niatnya apa."

Dewi :
"Beliau kan Habib, Bah, turunan Nabi, dan Ulama yang mempunyai banyak umat, Allah pasti bersamanya. Masa harus disuruh minta maaf di depan umum? Bagaimana jika masyarakat Sunda diazab Allah gara-gara ini? Ngeri, kan?"

Mughni :
"Iya juga sih, Mah, lagipula Habib Rijik pun menolak meminta maaf kepada masyarakat Sunda, karena dirinya merasa tidak menghina, melainkan sedang menyelamatkan umat."

Sabda :
"Duh Habib Rijek, selalu saja menolak."

Dewi :
"Habib Rizieq, Sabda, Habib Rizieq. Jangan diubah.! Kalau Rizieq-nya kamu plesetkan jadi Rijek, kamu berarti menghina kata pertama oleh kata kedua. Apapun alasannya.!"

Sabda :
"Kalau begitu, Habib Rijek telah menghina Islam, Mah."

Dewi :
"Kapan?"

Sabda :
"Ketika Habib Rijek mengubah 'Jaringan Islam Liberal' menjadi 'Jaringan Iblis La'natullah', dia memplesetkan Islam menjadi Iblis, dan Liberal menjadi La'natullah. Berarti dia menghina Islam sebagai Iblis dan Liberal sebagai La'natullah dong, Mah?"

Mughni :
"Mah, Abah berangkat ke toko dulu. Semakin lama, semakin mengerikan juga si Sabda."

( Baca juga: 31- Persamaan Habib Riziek dan Ahok )

Video ceramah HABIB RIZIEQ plesetkan SAMPURASUN jadi CAMPUR RACUN.!!


By: Sanghyang Mughni Pancaniti

Share This Post :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2015 suara-onlin.
Design by Creating Website and CB Design