Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
Judul ini akan terasa menyeramkan, bagi mereka yang mengerti kata 'Ewean'. Di sebagian tatar sunda, ini adalah bahasa yang dinilai kasar untuk menyebut persetubuhan. Kenapa saya bilang sebagian, karena di daerah lain, semisal Banten, kata ini biasa dipakai secara umum untuk pernikahan, dan tak dinilai kasar.
Judul catatan yang saya sendiri ngeri menuliskannya, adalah metafor seorang sahabat untuk menyebut pernikahan. Seandainya di antara kawan-kawannya ada yang mau menikah, dia pasti akan bilang "Oh kamu mau ewean di jalan Allah. Syukurlah!"
Kami pernah berbincang panjang, kenapa dia membahasakan pernikahan dengan istilah yang bisa membuat orang lain salah paham, membuat orang mentertawakan, atau bahkan mengundang hujatan. Dan rupanya, ada kegelisahan dalam dirinya mengenai konsep Jihad di jalan Allah.
Hari ini, baginya, makna jihad telah diperkosa sedemikian rupa. Jika ia mendengar kata itu, imajinasinya selalu melayang pada pengrusakan, teror, penghancuran, bahkan pembunuhan. Agama dan Tuhan dijadikan payung untuk menutupi kebengisan dan hasrat kekuasaan.
Yang paling murni baginya, yang paling agung baginya, adalah persetubuhan di jalan Allah, kemudian membangun rumah tangga, menyelesaikan setengah agama, bekerja yang halal untuk memberi nafkah, dan menyatu dalam jalilan yang Tuhan pinta.
Pernikahan.
Tanpa kupinta, ia menyeret perbincangan pada peristiwa makhluk pertama, yang ia kutip dari penjelasan Muhyiddin Ibn Arabi. Katanya, "Adam diciptakan Tuhan dengan tangan-Nya sendiri. Lalu Hawa diciptakan dari sebagian diri Adam.
Ini adalah isyarat, ketika seorang lelaki mencintai perempuan, sesungguhnya ia sedang mencintai dirinya sendiri. Dan ketika seorang perempuan mencintai lelaki, ia sejatinya sedang mencintai asal muasalnya." Aamiin..
Judul ini akan terasa menyeramkan, bagi mereka yang mengerti kata 'Ewean'. Di sebagian tatar sunda, ini adalah bahasa yang dinilai kasar untuk menyebut persetubuhan. Kenapa saya bilang sebagian, karena di daerah lain, semisal Banten, kata ini biasa dipakai secara umum untuk pernikahan, dan tak dinilai kasar.
Judul catatan yang saya sendiri ngeri menuliskannya, adalah metafor seorang sahabat untuk menyebut pernikahan. Seandainya di antara kawan-kawannya ada yang mau menikah, dia pasti akan bilang "Oh kamu mau ewean di jalan Allah. Syukurlah!"
Kami pernah berbincang panjang, kenapa dia membahasakan pernikahan dengan istilah yang bisa membuat orang lain salah paham, membuat orang mentertawakan, atau bahkan mengundang hujatan. Dan rupanya, ada kegelisahan dalam dirinya mengenai konsep Jihad di jalan Allah.
Hari ini, baginya, makna jihad telah diperkosa sedemikian rupa. Jika ia mendengar kata itu, imajinasinya selalu melayang pada pengrusakan, teror, penghancuran, bahkan pembunuhan. Agama dan Tuhan dijadikan payung untuk menutupi kebengisan dan hasrat kekuasaan.
Yang paling murni baginya, yang paling agung baginya, adalah persetubuhan di jalan Allah, kemudian membangun rumah tangga, menyelesaikan setengah agama, bekerja yang halal untuk memberi nafkah, dan menyatu dalam jalilan yang Tuhan pinta.
Pernikahan.
Tanpa kupinta, ia menyeret perbincangan pada peristiwa makhluk pertama, yang ia kutip dari penjelasan Muhyiddin Ibn Arabi. Katanya, "Adam diciptakan Tuhan dengan tangan-Nya sendiri. Lalu Hawa diciptakan dari sebagian diri Adam.
Ini adalah isyarat, ketika seorang lelaki mencintai perempuan, sesungguhnya ia sedang mencintai dirinya sendiri. Dan ketika seorang perempuan mencintai lelaki, ia sejatinya sedang mencintai asal muasalnya." Aamiin..
0 komentar:
Post a Comment