Kebanyakan orang islam geram terhadap dunia Barat yang mengganggap Islam sebagai agama yang bodoh, terbelakang, penuh kejorokan, tak tahu adab, tak bisa pegang janji, pendusta, teroris, penuh kekerasan, agama kaum pemarah.
Tentu saja pendapat tersebut dibantah dengan kemarahan dan ancaman kepada bule tersebut yang katanya menghina islam, sambil mengeluarkan dalil-dalil suci yang menjelaskan bahwa agama Islam itu hebat, cinta ilmu, mendukung kemajuan dan lain sebagainya, hingga mulutnya berbusa, tapi ironinya ayat-ayat yang disampaikan pembela tersebut hanya lewat kerongkongannya saja.
Dengan ringan dan sambil lalu bule membalas, “Kemarahan dan ancaman kamu membuktikan bahwa anggapan saya benar. Apa yang kamu katakan memang hebat dan katanya itu semua adalah nilai-nilai Islam dalam Al-Quran. Tapi tolong tunjukan satu masyarakat Muslim di dunia yang bisa menggambarkan kehebatan ajaran Islam”.
beberapa peneliti dari George Washington University ingin membuktikan tantangan tersebut.
Mereka menyusun lebih dari seratus nilai-nilai luhur Islam, seperti kejujuran (shiddiq), amanah, keadilan, kebersihan, ketepatan waktu, empati, toleransi, dan sederet ajaran Al-Quran serta akhlaq Rasulullah Saw.
Berbekal sederet indikator yang mereka sebut sebagai islamicity. Yang dijadikan indikator adalah ayat dan hadis menjelaskan Islam dengan menunjukkan indikasi-indikasinya, bukan definisi. Misalnya hadis yang menjelaskan bahwa “Seorang Muslim adalah orang yang di sekitarnya selamat dari tangan dan lisannya” .
Atau hadis yang berbunyi, “Keutamaan Islam seseorang adalah yang meninggalkan yang tak bermanfaat”. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hormati tetangga ... Hormati tamu ... Bicara yang baik atau diam”. Dari sejumlah hadis yang menjelaskan tentang islam dan iman, akhirnya tersusun ratusan indikator keislaman.
Kemudian dengan indikator tersebut peneliti universitas itu datang ke lebih dari 200 negara (Islam dan non islam) untuk mengukur seberapa islami negara-negara tersebut, tanpa kecuali.
Hasilnya ?
Selandia Baru dinobatkan sebagai negara paling Islami. Indonesia, harus puas di urutan ke 140. Nasibnya tak jauh dengan negara-negara Islam lainnya yang kebanyakan bertengger di rangking 100-200. Dengan indikator-indikator di atas tak heran ketika penjelajah Ibn Batutah melawat berkeliling dunia berkomentar, “Saya tidak melihat Muslim di sini, tapi merasakan Islam, sebaliknya di negri saya melihat begitu banyak Muslim, tapi hampir tak melihat Islam”.
Pengalaman serupa dirasakan seorang ketika berkesempatan ke Kanada yang merupakan negara paling islami no 5. Saat itu musim dingin, beberapa orang yg cuti berlibur pergi meninggalkan rumahnya tanpa dikunci. Saat ditanya tentang hal ini, mereka malah balik bertanya, “mengapa harus dikunci ? Di tempat ini saat musim dingin suka terjadi badai, siapa tahu ada yg terjebak badai mereka bisa berteduh disini, bahkan saya meninggalkan persediaan makanan untuk mereka”
Di kesempatan lain, masih seorang Amerika pernah membuat percobaan kejujuran di Jepang. Dia sengaja meninggalkan dompetnya yg berisi uang di tempat yg mudah terlihat. Lalu dia bersembunyi untuk melihat dompetnya raib diambil orang, setelah beberapa jam dompet tersebut tetap berada ditempatnya, dia menunggu hingga merasa bosan, sampai akhirnya ada sekelompok anak SMP mengambil dompet tersebut, orang Amerika merasa gembira karena ternyata masih ada orang 'normal' di Jepang, namun orang Amerika tersebut menjadi kecewa, karena anak SMP tersebut malah berteriak mengumumkan tentang dompet tersebut dan bertanya kepada orang-orang apakah mereka kehilangan dompet? Setelah itu anak smp tersebut mengembalikan dompet tersebut ke tempat semula.
di Kanada, seorang pimpinan ormas Islam besar pernah ketinggalan kamera di halte bis. Setelah beberapa jam kembali ke tempat itu, kamera masih tersimpan dengan posisi yang tak berubah.
Sungguh ironis jika kita bandingkan dengan keadaan di negeri muslim yang sendal jepit saja bisa hilang di rumah Allah yang Maha Melihat. Padahal jelas-jelas kata “iman” sama akar katanya dengan aman. Artinya, jika semua penduduk beriman, seharusnya bisa memberi rasa aman.
Cobalah bandingkan WC pesantren yang katanya pusat pendidikan orang beriman dengan WC lokalisasi yg katanya tempat maksiat.
Cobalah buat janji dengan insya allah, bagi orang Indonesia yg berjanji dg insya allah malah berarti pengingkaran thd janji tsb. Hingga kata tersebut adalah pembersih dusta.
Silakan lihat video di Youtube yang menayangkan seorang bapak-bapak di Jakarta dengan pakaian jubah dan sorban naik motor tanpa helm. Ketika ditangkap polisi karena melanggar, si Bapak tersebut malah marah dengan menyebut-nyebut bahwa dirinya habib.
Lebih hebat lagi anggota partai yang mengusung bendera islam (PKS) ketika tertangkap basah korupsi, malah membuat dalil agama untuk melakukan perbuatan malingnya dengan mengatakan yg dilakukannya bukanlah korupsi tetapi ghanimah (pampasan perang)
Itu belum seberapa kelompok perampok dibawah asuhan yang mengaku mujahiddin (Ba'asyir), merampok dengan dalil bahwa harta rampokannya adalah Fa'i
Mengapa kontradiksi ini terjadi ?
Irwan Winardi
0 komentar:
Post a Comment