Ikhlas Adalah Terpaksa
Bagi orang sepertiku, yang iman dan takwanya lebih tipis dari sehelai kain sutra, ikhlas bukanlah kerelaan dan kesenangan dalam melakukan sebuah kebajikan, tapi keterpaksaan! Ya, ikhlas adalah terpaksa.
Aku kerja siang malam, cari uang, mengumpulkannya sedikit demi sedikit. Tapi tiba-tiba, sebuah perintah tiba, aku harus zakat infaq dan shodaqoh, aku tetap menafkahkan sebagian milikku bagi yang lain, sebab itu maunya Tuhan. Bagiku, inilah keikhlasan.
Sedang asik-asiknya nongkrong, udud, dan ngopi bersama kawan, terdengarlah suara adzan. Sejatinya, diriku malas untuk menghadiri 'pesta kudus' Tuhan itu. Namun dengan terpaksa, aku tetap melakukan sembahyang, karena ini keinginan Tuhan. Bagiku inilah keikhlasan.
Sekali lagi kutegaskan, bagi orang yang 'cacat iman' seperti diriku, ikhlas bukanlah kerelaan, tapi keterpaksaan.
Aku memaksakan diriku untuk melakukan kebajikan, meski keseluruhuan diri berteriak "Jangan!" Maka, jika kau datang padaku meminta sesuatu, lalu dengan terpaksa kuberi apa yang kau mau, janganlah sekali-sekali bertanya. "Apa kamu ikhlas memberikan ini? ", nanti kupukul tempurungmu! Justru saat kuberi apa yang kau mau, itu membuktikan keikhlasanku.
Jika orang semacamku mengertikan ikhlas adalah kerelaan, pasti akan banyak kebaikan yang tak dilakukan. Misalnya, aku pernah tak mau membaca buku karena menunggu hati rela menatap huruf.
Aku sering tak mau menolong orang, karena menunggu hati rela untuk menyerahkan segala. Dan kerelaan yang ditunggu, rupanya tak kunjung tiba.
Tuhan berfirman dalam sebuah hadits Qudsi, "Lawanlah hawa nafsumu, sebab dia diciptakan untuk melawan-ku! " Oh, jangan-jangan, kerelaan yang kuharapkan sebagai ruh dalam berbuat kebaikan, adalah hembusan dari hawa nafsuku sendiri. Sebab akhirnya, aku jadi tak berbuat apa-apa.
Bajingan!
Maka biarlah, biarlah hari ini kucoba lakukan kebajikan meski dengan keterpaksaan. Semoga satu ketika, seperti yang Dia inginkan. Aamiin...
Ditulis oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
Bagi orang sepertiku, yang iman dan takwanya lebih tipis dari sehelai kain sutra, ikhlas bukanlah kerelaan dan kesenangan dalam melakukan sebuah kebajikan, tapi keterpaksaan! Ya, ikhlas adalah terpaksa.
Aku kerja siang malam, cari uang, mengumpulkannya sedikit demi sedikit. Tapi tiba-tiba, sebuah perintah tiba, aku harus zakat infaq dan shodaqoh, aku tetap menafkahkan sebagian milikku bagi yang lain, sebab itu maunya Tuhan. Bagiku, inilah keikhlasan.
Sedang asik-asiknya nongkrong, udud, dan ngopi bersama kawan, terdengarlah suara adzan. Sejatinya, diriku malas untuk menghadiri 'pesta kudus' Tuhan itu. Namun dengan terpaksa, aku tetap melakukan sembahyang, karena ini keinginan Tuhan. Bagiku inilah keikhlasan.
Sekali lagi kutegaskan, bagi orang yang 'cacat iman' seperti diriku, ikhlas bukanlah kerelaan, tapi keterpaksaan.
Aku memaksakan diriku untuk melakukan kebajikan, meski keseluruhuan diri berteriak "Jangan!" Maka, jika kau datang padaku meminta sesuatu, lalu dengan terpaksa kuberi apa yang kau mau, janganlah sekali-sekali bertanya. "Apa kamu ikhlas memberikan ini? ", nanti kupukul tempurungmu! Justru saat kuberi apa yang kau mau, itu membuktikan keikhlasanku.
Jika orang semacamku mengertikan ikhlas adalah kerelaan, pasti akan banyak kebaikan yang tak dilakukan. Misalnya, aku pernah tak mau membaca buku karena menunggu hati rela menatap huruf.
Aku sering tak mau menolong orang, karena menunggu hati rela untuk menyerahkan segala. Dan kerelaan yang ditunggu, rupanya tak kunjung tiba.
Tuhan berfirman dalam sebuah hadits Qudsi, "Lawanlah hawa nafsumu, sebab dia diciptakan untuk melawan-ku! " Oh, jangan-jangan, kerelaan yang kuharapkan sebagai ruh dalam berbuat kebaikan, adalah hembusan dari hawa nafsuku sendiri. Sebab akhirnya, aku jadi tak berbuat apa-apa.
Bajingan!
Maka biarlah, biarlah hari ini kucoba lakukan kebajikan meski dengan keterpaksaan. Semoga satu ketika, seperti yang Dia inginkan. Aamiin...
Ditulis oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
0 komentar:
Post a Comment