Balada Letnan Kebal Peluru - suara-onlin
Home » , , » Balada Letnan Kebal Peluru

Balada Letnan Kebal Peluru

Posted by Unknown
suara-onlin, Updated at: November 25, 2016

Jika pernah menyaksikan film " Janur Kuning", tentunya anda tak akan asing dengan tokoh "pejuang selon" yang diperankan oleh aktor Amak Baldjun. Digambarkan dalam film tersebut, saat adegan Serangan Umum 1 Maret 1949 ke Yogyakarta, tanpa mengenal rasa takut tertembus peluru ia terus maju memburu serdadu-serdadu Belanda yang melakukan gerakan mundur seraya menembakan senjata-senjata mereka ke arah gerilyawan TNI berbaret hitam tersebut.

Dalam sejarah Perang Kemerdekaan di Yogyakarta, sejatinya tokoh ini memang benar-benar ada. Namanya Letnan Komaruddin. Jabatannya komandan peleton di SWK 101, Brigade X pimpinan Mayor Sardjono (anak buah Letnan Kolonel Soeharto). Di kalangan anak buahnya, mantan prajurit PETA di Kalasan ini terkenal sebagai anti kogel/tahan peluru. Bahkan saking saktinya, kekebalan Komaruddin akan peluru konon bisa melindungi orang sekitarnya dalam radius 10 meter dari dirinya.



Rupayanya "kesaktian" Letnan Komaruddin tidak muncul begitu saja. Sebagai pejuang pemberani, ia disebut-sebut masih memiliki hubungan darah dengan (sebagai cicit) dengan KH Abdur Rahman yang dikenal sebagai Mbah Tanjung, salah seorang ulama penyebar agama Islam di Ploso Kuning Minomartani, Sleman. Karena keturunan ulama sakti itulah, banyak dipercaya anggota pasukanya, ia kebal terhadap senjata apapun.Begitu populisnya nama Komaruddin hingga di wilayah Sleman, ada sebuah masjid yang disemati namanya: Masjid Al Komaruddin.

Sebelum bergabung dengan Soeharto, usai dari PETA, Komaruddin memang pernah bergabung dengan Lasykar Hizbullah setempat. Banyak kawan-kawannya mengenal Komaruddin sebagai sosok yang jenaka, selon, pemberani namun sedikit agak sentimentil jika disentuh sisi-sisi kemanusiannya. Salah satu contoh, saat Panglima Besar Soedirman (dalam suatu pemeriksaan pasukan usai turun gunung) menasehati, mengkritik sekaligus memuji serangan "salah lihat kalender"nya pada 28 Februari 1949, ia langsung terisak-isak menangis sambil terbata-bata berujar: " Siap Panglima! Saya tak akan mengulanginya!"

Peleton yang dipimpin Letnan Komaruddin memang dikenal sangat berani dan sering mengacak-acak pertahanan militer Belanda di dalam kota Yogyakarta. Begitu disegani namanya hingga pihak intelijen militer Belanda (NEFIS) pernah menjadikannya buronan. Konon, penyerangan militer Belanda ke dukuh Plataran pada 24 Februari 1949 ( yang menimbulkan korban tewas beberapa kadet Akademi Militer Yogyakarta) adalah salah satunya dalam rangka mencari dirinya, yang memang saat itu ia sedang berada di dekat dukuh tersebut.

Lantas bagaimana nasib Komaruddin seusai perang? Memang jarang sumber-sumber sejarah yang memberitakan keberadaannya pasca penyerahan kedaulatan. Kecuali satu sumber yang saya baca dalam buku " Laporan Kepada Bangsa: Militer Akademi Yogya" oleh Daud Sinjal. Di situ dituliskan tentang tuduhan sebagian kalangan militer yang menyebut dia terlibat dalam gerakan DI/TII .

Bisa jadi soal itu terkait dengan dua sahabat sekaligus dua atasan langsung Letnan Komar semasa di Lasykar Hizbullah yakni Kapten Sofyan (Yon 426) dan Mayor Basyuni dari Yon 423 yang dicatat terlibat dalam Gerakan DI/TII jawa Tengah yang dipimpin Amir Fatah pada 1952. Namun, di buku itu juga dinyatakan bahwa tuduhan tersebut ternyata tidak benar dan nama Letnan Komaruddin kemudian mendapat rehabilitasi.

Namun sepertinya upaya rehabilitasi tak otomatis membuat karir ketentaraannya menanjak. Diberitakan beberapa saat setelah ia mendapat rehabilitasi, secara resmi Komaruddin mundur dari ketentaraan dan baru meninggal sekitar tahun 1970-an di Sleman, Yogyakarta. (hendijo)

Share This Post :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2015 suara-onlin.
Design by Creating Website and CB Design