Dilarang Mendekati Zina, Zinanya Tak Apa-apa - suara-onlin
Home » » Dilarang Mendekati Zina, Zinanya Tak Apa-apa

Dilarang Mendekati Zina, Zinanya Tak Apa-apa

Posted by Unknown
suara-onlin, Updated at: November 10, 2016

DILARANG MENDEKATI ZINA, ZINANYA TAK APA-APA.

Karena banyak Muslim yang menolak akal dalam memahami agama, juga ingin kembali kepada al-Quran dan Hadits tanpa memerlukan produk ijtihad ulama, akhirnya Kyai Bedus mengajari saya mengenai 9 Qiyas. Saya tak akan membahas semuanya, tapi sebagian saja.



Mengamalkan isi al-Quran sebatas teks saja, tak jarang melahirkan malapetaka. Itu kenapa Imam Syafii pernah mengecam, "Jika kau mengamalkan agama secara teks belaka, sebaiknya lepas saja syahadatmu!" Saya punya kawan yang 'puber akidah' stadium 4, al-Quran dan hadist baginya sudah cukup.

Namun kemudian, dia merusak keagamaannya sendiri karena merasa sudah selesai, keburu berhenti mengaji dan belajar. Misalnya, dia melihat beberapa ayat al-Quran mengenai perbudakan yang baginya direstui Tuhan, maka ia membeli budak untuk dimilikinya. Dia begitu berani melakukan zina secara terang-terangan, sebab menurutnya, al-Quran hanya melarang 'mendekati zina'. Bahkan beberapa kali ia memukul dan meludahi ibu bapaknya, sebab katanya, Allah cuma melarang berkata 'Hush/Uf'.

Saya kira, memang, propaganda 'kembali kepada al-Quran dan hadits' itu tak cuma dalam kebaikan, tapi juga dalam urusan dosa. Maksud saya begini, ada ustadz yang bilang, bahwa bentuk ibadah kita akan tertolak jika tak tertulis dalam al-Quran dan sabda Nabi. Kalau demikian alur berpikirnya, maka bentuk dosa pun sama, sebuah prilaku akan disebut dosa, jika ia tercatat di kedua sumber hukum Islam yang utama itu.

Tapi saya yakin, ustadz itu boleh saja menggunakan Quran hadits untuk menilai sebuah ibadah, tapi ia akan memakai akalnya untuk mengharamkan apa yang dilakukan kawan saya itu. "Mendekatinya saja sudah tak boleh, apalagi melakukan zinanya." Atau "Berkata 'hush' kepada orang tua saja sudah diharamkan, apalagi memukul dan meludahinya."

Coba bayangkan, andai ustadz itu masih memakai pola pikirnya untuk memegang Quran dan Hadits saja, tentu ia tak bisa mengelak bahwa pikiran kawan saya itu adalah benar. Toh dosa-dosa itu tak tercantum secara jelas.

Disinilah Kyai Bedus membuka otakku, membedahnya, dan memasukkan Qiyas pertama yang disebut 'Qiyas Awlawi'. Cara kerja dari Qiyas ini dengan menggunakan kata 'Apalagi'.

"Mendekati zinahnya saja haram, APALAGI zinanya."

"Berkata 'hush' saja sudah dilarang, APALAGI memukul dan meludahi." Atas peran Qiyas inilah, semua kita bersepakat, bahwa berzina, memukul atau meludahi ayah ibu, meskipun tak secara terang-terangan tercatat dalam kitab suci dan hadits nabi, hukumnya adalah haram!

Kyai Bedus memberi contoh lain. Allah bilang dalam al-Quran, bahwa jangan sekali-kali kita bilang bahwa yang mati syahid itu mati, sebab sesungguhnya ia HIDUP di sisi Allah. Jika Qiyas Awlawi kita gunakan untuk memahami ayat ini, maka akan menjadi begini:
"Yang mati syahid saja tetap hidup, APALAGI para ulama, APALAGI para wali, APALAGI para shalihin, APALAGI para nabi, APALAGI Rasulullah Muhammad..."

Saya akhirnya jadi mengerti, kenapa banyak orang Muslim yang ketika berkumpul membaca doa dan shalawat, mereka meyakini bahwa orang-orang shalih yang didoakannya, juga Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam, akan hadir di sana memberi kesaksian...

By: Sanghiyang Mughni Pancaniti


Share This Post :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2015 suara-onlin.
Design by Creating Website and CB Design