Surat Ungu untuk Ahok - suara-onlin
Home » , » Surat Ungu untuk Ahok

Surat Ungu untuk Ahok

Posted by Unknown
suara-onlin, Updated at: November 11, 2016

Oleh: Meilanie Buitenzorgy

Dear Ahok,

Apakabar pak Ahok hari ini?

Langsung saja Hok. Sebetulnya, tidaklah sulit membuktikan bahwa kamu gak salah dalam kasus dugaan penistaan agama di Pulau Seribu. Ada banyak bukti bahwa kamu gak bisa disalahkan secara hukum. Bukti-bukti ini bahkan akan menampar pihak-pihak yang sekarang sedang mendiskreditkan kamu. Pihak-pihak tersebut mem-framing seolah-olah dalam pidato itu, kamu sedang menafsirkan Al Maidah 51. Padahal, ketika kamu mengatakan “…. Bapak-Ibu dibohongi pakai Al Maidah 51…..”, sesungguhnya kamu hanya sekedar menyampaikan FAKTA, bukan menafsir-kan ayat.

Fakta bahwa Al Maidah 51 memang hanya digunakan sebagai alat kepentingan politik oleh Parpol-parpol Islam.

Fakta bahwa di berbagai daerah di pelosok Indonesia, bahkan di daerah mayoritas muslim, parpol-parpol Islam malah mengusung, bahkan memenangkan calon-calon kepala daerah non-Muslim melawan kandidat-kandidat Muslim. Ini bukti-buktinya:

1) Tahun 2012, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tega-teganya mengusung dan sukses memenangkan pasangan cagub-cawagub Cornelis (petahana) dan Christiandy Sandjaya, keduanya Nasrani, di Pilgub Kalimantan Barat yang mayoritas penduduknya (59%) beragama Islam.

Sumber: Antarakalbar.com



2) Tahun 2015, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) nekad mengusung dan memenang-kan seorang PENDETA Nasrani-Tionghoa, Thes Hendrata, di pilbup Kabupaten Kepulauan Sula yang mayoritas penduduknya (96.94%) beragama Islam. Dua pasang kandidat lawannya seluruhnya beragama Islam.

Sumber: antaramaluku.com



3) Tahun 2015, PKB mengusung dan memenangkan Danny Missy (Nasrani) di pilbup Halmahera Barat (Nasrani 59.15%, Islam 40.73%).

Sumber : halbarkab.go.id


4) Tahun ini, PKS, PAN dan PBB mengusung Paulus Kastanya (Nasrani) di pemilihan walikota Ambon (Nasrani 48%, Islam 34%).
Sumber: maluku pos.com



Keempat kasus ini hanyalah contoh yang bisa aku bantu telusuri di internet, faktanya mungkin lebih banyak lagi kasus parpol Islam mengusung calon non-Muslim di Pilkada. Kenapa Al Maidah ayat 51 tidak disebut di panggung saat para ustadz dari parpol-parpol Islam mengkampanyekan calon-calon non-Muslim tersebut?

Kenapa FPI tidak mengerahkan demonstrasi untuk menentang naiknya Nasrani yang akhirnya menang menjadi Gubernur Kalbar, Bupati Sula dan Bupati Halmahera Barat? Tanya kenapa?

Karena, Al Maidah 51 hanya berlaku buat kamu, Hok. Spesial pake telor buat kamu.

Kamu harus terima kenyataan pahit ini. Tentu saja, inkonsistensi parpol-parpol dan ormas-ormas Islam ini telah mempermalukan kami, umat Islam Indonesia secara keseluruhan di mata pemeluk agama lainnya, termasuk elo.

Bahkan, kalau mau jujur, inilah contoh penistaan Al Maidah 51 yang sesungguh-nya.

Ayat Al-Quran digunakan semata-mata untuk kepentingan politik dan menjatuhkan lawan politik. Sungguh mengherankan, MUI sama sekali tidak ambil pusing dengan penistaan kelas wahid ini. Yang mereka permasalahkan cuma sebaris kalimat kesrimpet kamu, Hok. MUI tutup mata dengan penistaan Islam dan Quran yang dilakukan oleh kalangan internal Islam sendiri.

Fakta inkonsistensi penerapan Al Maidah ayat 51 inilah yang terekam dalam alam bawah sadar lo, hingga memicu keluarnya kalimat kontroversial dari mulut ember lo, yang memicu Aksi 4 November itu. Betul tidak?

Nah, sebagai anak bangsa, elo kan punya HAK untuk menyampaikan FAKTA. Betul tidak? Dan tidak ada satu pun pasal UU yang bisa menghukum seseorang yang menyampaikan FAKTA.

Anyway, kesalahan kamu adalah, kamu menyatakan fakta itu dalam kapasitas kamu sebagai pejabat publik, bukan sebagai anak bangsa biasa. Dalam hal ini, sebenarnya kesalahan kamu hanya sebatas pelanggaran etika pejabat publik.

Saat kamu minta maaf secara tulus kepada umat Islam, berkali-kali dalam berbagai kesempatan baik melalui media cetak dan elektronik, maka seharusnya masalah sudah selesai. Setidaknya buat aku dan banyak saudara-saudara aku sesama Muslim.

Masalahnya, saudara-saudara Muslim aku yang lain punya sifat lebay tingkat dewa. Dan sekali lagi, kelebayan sodara-sodara aku ini hanya berlaku wa bil khusus buat kamu seorang.

Ya, kamu. Sewaktu SBY menyebut Lebaran Kuda, mereka santai saja tuh. Padahal SBY melekatkan hari suci umat Islam dengan binatang. Coba kalau yang ngomong Lebaran Kuda tuh elo?

Bahkan, sodara-sodara aku yang lebay ini pun hanya sekedar protes, bukannya demo besar-besaran, waktu Ahmad Dhani menginjak-nginjak lafazh Allah pada siaran live konser Dewa 19 di Trans TV, tahun 2005 lalu.


Aksi menginjak-injak lafazh Allah itu cuma satu dari serangkaian aksi penistaan agama Islam ala Ahmad Dhani. Dia juga pakai lafazh Allah di sampul album Dewa, dan memakai semacam tattoo dengan background lafazh Allah di dada telanjang para personel Dewa untuk keperluan promo album mereka.

Padahal, aksi semacam inilah --menginjak, merobek, membakar simbol-simbol agama—yang justru nyata-nyata penistaan agama, kata Kapolri Tito. Gak perlu di-review pakai ahli ini itu, bisa langsung ditangkap.

Coba kalo kamu yang beraksi injak lafazh Allah, aku gak berani bayangin apa yang terjadi. Dan yang lebih aneh bin ajaib, di kasus tersebut, MUI bukannya menjatuhkan fatwa penistaan agama kepada Ahmad Dhani, tapi malah meng-islahkan Dhani dan FPI yang sempat memperkarakan Dhani ke polisi.

Bayangkan!

Begitulah standar ganda tingkat dewa ala MUI. Dhani menginjak-injak lafazh Allah dihadiahi islah, kamu kesrimpet satu kalimat diganjar fatwa penistaan agama. Untuk penistaan senyata itu, Dhani cukup meminta maaf, sementara sebaris kalimat kamu, diganjar demo ratusan ribu ummat di seluruh pelosok Indonesia.

Dhani di-islahkan, sementara kamu di-tabayyun-kan pun tidak. Ada apa dengan MUI?

Dhani di-islahkan, sementara elo di-tabayyun-kan pun tidak. Ada apa dengan MUI?
Sumber: liputan6.com

Sumber ke 2: hidayatulloh.com



Dan sebagai “mantan” penista Islam, Ahmad Dhani malah diberi panggung istimewa untuk menistakan Presiden RI di aksi 4 November 2016.

Fyi Hok, in case kamu belum tau, sehari setelah Buni Yani mem-viral-kan video editan pidato kamu, ketua MUI Ma’ruf Amin dalam kapasitas sebagai Rais Aam NU menyatakan dukungan NU pada pasangan Agus-Silvi. Apa hubungannya sama ember? Ya meneketehe? Namanya juga fyi. For your information.

Sumber 1: detik.com

Sumber2: detik.com

Doakan saja Hok, ulama-ulama sepuh NU bersedia turun gunung men-challenge fatwa MUI. Fatwa yang gegabah dan belum tentu benar, tegas Buya Syafi’I Maarif di ILC semalam. Ini bukan lagi sekedar soal Ahok. Ini soal menegakkan kebenaran dan keadilan.

Hok,

Ini gw kasih tau kamu bukti lain, yang bisa kamu gunakan buat argumen bela diri. Saat ini sedang beredar viral di dunia maya video dakwah Habib Rizieq yang mengatakan “Dia (ulama.....???) nipu umat pakai Ayat.

Jelas dong Hok, ini sudah menunjukkan bahwa kalimat “…. bohong/nipu pakai ayat /Quran /Hadits…” adalah kalimat yang sangat biasa dan bisa diucapkan oleh siapa saja. Termasuk kamu dan Habib Rizieq.

Kalimat kamu maupun Habib Rizieq secara substantif tidak ada bedanya dengan kalimat yang sering diucapkan oleh masyarakat luas: “oleh Dimas Kanjeng, jamaah padepokan dibohongi pakai Ayat-ayat Quran”. Itu sudah.

Kamu tinggal suruh team pengacara kamu cari bukti di KPUD, dokumen dukungan parpol-parpol Islam terhadap kandidat-kandidat non muslim di berbagai pilkada. Inilah bukti nyata bahwa omongan kamu “…. Bapak Ibu dibohongi pakai Al Maidah 51” adalah FAKTA.

Tidak ada satu pasal hukum pun yang melarang anak bangsa ini bicara FAKTA. Video “pakai ayat Quran” ala Habib Rizieq bisa jadi bukti pelengkap. Kasus pengislahan Ahmad Dhani oleh MUI bisa jadi semacam “bukti yurisprudensi”. Dan poin fatwa MUI bahwa kamu telah menistakan ulama, adalah another bukti nyata kegegabahan MUI.

Dalam pidato kamu sama sekali tidak ada kata ulama. Bagaimana bisa MUI menafsirkan “orang” dalam pidato kamu sebagai “ulama” tanpa meminta klarifikasi kamu sama sekali?

Hok,

Kasus kamu adalah ujian terbesar yang dihadapi oleh bangsa ini sejak reformasi 1998.

Inilah ujian kenaikan kelas kita dalam berdemokrasi. Bahwa kamu menjadi tokoh sentral dalam ujian ini, adalah takdir Allah SWT. Apa pun hasilnya, bangsa kita naik kelas atau gagal, nama kamu akan tercatat dengan tinta tebal dalam sejarah bangsa ini.

Hok,

Kamu jangan ge-er. Aku tidak sedang membela kamu. Sesungguhnya aku sedang membela kebenaran, keadilan dan memperjuangkan kembalinya akal sehat ke republik ini. Dan kita sama-sama berjuang, agar NKRI tak dicaplok oleh sekelompok kecil umat yang bercita-cita mengganti dasar negara Pancasila.

Aku punya kepentingan, kamu punya kepentingan, mari kita saling memanfaatkan.

Hok,

Jika nanti kamu berhasil lolos dari perkara pelik ini, bahkan jika kamu berhasil memenangkan Pilkada DKI Jakarta, hanya satu pesan aku:

JAGA MULUT KAMU.

Ini aku ngomong pake toa, Hok. Please. Kalo perlu, kamu gak usah ngomong. Soal ngomong, kamu serahin aja sama Aa Djarot. Urusan kamu kerja-kerja-kerja, beresin Jakarta. Buatlah ibukota menjadi sekeren Tokyo. Walaupun untuk itu, aku harus korbankan kepentingan aku sendiri: kebutuhan rutin aku menyaksikan segala celoteh gokil kamu yang lebih parah dari Cak Lontong.

It was so entertaining liat lo petantang-petenteng ngomong semacam “emangnya ini duit nenek lo”. Aku rela kehilangan itu semua Hok, rela…… 

Namun, jika kamu harus jadi tumbal dari ujian ini, aku sudah menyiapkan stelan hitam-hitam terbaik aku. Untuk aku kenakan saat aku memberi penghormatan terakhir buat kamu, seraya memandang sendu langit kelabu. Karena saat itu, aku harus menerima kenyataan, bahwa bangsa ini tidak lolos ujian kenaikan kelas berdemokrasi.

Dengan senyum getir, aku dan ratusan juta anak bangsa ini, akan selalu mengenang, bahwa Bangsa besar ini pernah punya seorang martir bernama AHOK.

Sumber: Kompasiana.com

Share This Post :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2015 suara-onlin.
Design by Creating Website and CB Design