Dekontruksi Bulu Baok - suara-onlin
Home » » Dekontruksi Bulu Baok

Dekontruksi Bulu Baok

Posted by Unknown
suara-onlin, Updated at: December 14, 2016



Tak ada yang lebih membahagiakan bagiku, selain menghina para ulama. Aku boleh saja tak makan dan tak minum, asal tetap mampu mengejek para ahli ilmu. Aku tahu, resiko mencaci ulama itu sungguh besar akibatnya. Aku bisa saja dilempar caci, dimaki, dibully, oleh para pengikutnya. Sukur-sukur tidak sampai dibui dengan alasan pencemaran nama baik.

Ketika aku mencaci seorang kyai atau tokoh agama yang dihormati, menyesatkan dan mengkafirkan pandangannya, atau mencemooh kondisi fisik serta pribadinya, itu bukan karena aku lebih mengerti kitab suci dari mereka, atau lebih paham ajaran Islam dari mereka, tapi karena aku butuh untuk terkenal. Ya, terkenal. Paling tidak setelah menghina, orang-orang mengetahui namaku.

Seandainya aku benar-penar mengerti tentang Islam, juga ingin membenahi kekeliruan keberagamaan banyak orang, tentu aku akan menganalisis sebaik-baiknya, mengkritik dengan penuh keadaban, mengoreksi berlandaskan pengetahuan dan ilmu terhadap pola pikir para ulama itu, tapi nyatanya tidak kulakukan. Aku cuma becus menghina dan mengejeknya, seperti anak kemarin sore yang baru belajar agama.

Para ulama yang menjadi target cacianku harus yang benar-benar ulama. Dia harus ulama yang berakhlak mulia, harus ulama yang mengajarkan cinta kasih, harus ulama yang mendamaikan hati, harus ulama yang telah mengaji ratusan kitab, harus ulama yang sungguh-sungguh paham terhadap tanda dan isyarat Allah. Buat apa menghina ulama jadi-jadian, yang cuma becus retorika, yang hanya bisa seayat dua ayat, yang merasa cukup dengan hafal satu dua hadits, atau yang mendapat ketenangan melalui pertengkaran, gengsi aku!

Karena aku tak ingin benar-benar bunuh diri dengan mencaci para kyai, aku akan tetap meminta maaf ketika ada reaksi terhadapku. Seandainya aku dimaafkan oleh kyai yang bersangkutan, aku akan dikenal sebagai orang yang berlapang dada. Tapi jika tidak dimaafkan, aku harus mempertahankan jika ucapanku benar adanya, bahwa ulama yang kucaci itu memang busuk, munafik, bodoh, dan tak tahu apa-apa tentang agamanya.

Sebelum kututup curhatan ini, mari kita berdoa, supaya Indonesia bisa mengalahkan Jerman di ajang piala dunia. Amin ya robbal alamin... Hidup Abah Wiranta!!!

By: Sanghyang Mugni Pancaniti
Toko Buku Kebul

Share This Post :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2015 suara-onlin.
Design by Creating Website and CB Design