Mau melihat pelangi yang indah?
Gak perlu menunggu hujan...
Sebab pelangi itu ada di depan matamu... Kita punya warna warni bahasa, suku, agama, adat istiadat, ras, kulit, rambut, model wajah, dan lain sebagainya, dari ujung Barat Aceh hingga Timur Papua, yang berkumpul menjadi satu dalam satu komunitas kita.
Di komplek rumah ayah saya dulu ketika saya kecil, adalah replika mungil Indonesia. Ada orang Batak, Sunda, Flores, Ambon, Jawa, Bali, NTT, NTB, Papua, Dayak, Menado, Palu, Bugis, Madura, dan lain sebagainya yang kesemuanya menyatu saling menghargai serta bergotong royong dalam setiap aktivitas sehari. Begitupula saat saya kuliah, bermasyarakat, ketika berada dalam dunia kerja dan berorganisasi.
Sejak kecil saya disuguhi keindahan gotong royong, toleransi dan saling menghargai perbedaan, sehingga ketika dewasa saya terheran-heran kala bertemu orang-orang rasis.
Dengan segala etnis saya berkawan, dengan segala strata saya bersahabat, dengan segala agama saya akrab, dengan segala perbedaan saya berbaur. Saya telah terbiasa dengan kondisi Bhinneka Tunggal Ika yang memang telah menjadi bagian dalam hidup saya.
Namun semakin tua saya semakin melihat pelangi ini tak lagi melengkung indah. Bidadari pun enggan berselancar untuk menikmati sungai-sungai di bumi ini.... sebab keindahan warna warninya telah diburamkan egoisme Satu warna...
Mereka menghapus warna-warna lain agar tersisa satu warna mayoritas....
Saya terbengong-bengong...
Tak percaya jika hal ini bakalan terjadi.. Sebab saya fikir, keindahan negeri pelangi ini akan kekal abadi dan menjadi kebanggaan anak cucu saya kelak....
Namun saya dihentakkan oleh fakta-fakta tentang sebuah jaman di mana kaum Mayoritas begitu Angkuh dan bertepuk dada seolah mereka lah kaum yang telah menjadikan negeri ini mempesona...
Bagi saya inilah saatnya suara saya boleh digemakan, sebagai salah seorang saksi dimana Pelangi di negeri ini pernah melengkung indah menaungi nusantara dan membuat gentar negeri-negeri lain, dan inilah saat di mana saya akan mengungkapkan fakta-fakata sebagai salah seorang penikmat keindahan pelangi negeri ini yang saat ini sangat kecewa oleh perubahan mindset anak-anak negeri karena kepongahannya menjadi kaum Mayoritas....
Entah dari mana asal muasal perubahan pandang ini berawal... yang jelas, kaum bersorban dan bergamis panjanglah yang senantiasa meneriakkan yel yel mengerikan untuk memporak-porandakan warna warni yang ada menjadi satu warna buram.
Sebab pelangi itu ada di depan matamu... Kita punya warna warni bahasa, suku, agama, adat istiadat, ras, kulit, rambut, model wajah, dan lain sebagainya, dari ujung Barat Aceh hingga Timur Papua, yang berkumpul menjadi satu dalam satu komunitas kita.
Di komplek rumah ayah saya dulu ketika saya kecil, adalah replika mungil Indonesia. Ada orang Batak, Sunda, Flores, Ambon, Jawa, Bali, NTT, NTB, Papua, Dayak, Menado, Palu, Bugis, Madura, dan lain sebagainya yang kesemuanya menyatu saling menghargai serta bergotong royong dalam setiap aktivitas sehari. Begitupula saat saya kuliah, bermasyarakat, ketika berada dalam dunia kerja dan berorganisasi.
Sejak kecil saya disuguhi keindahan gotong royong, toleransi dan saling menghargai perbedaan, sehingga ketika dewasa saya terheran-heran kala bertemu orang-orang rasis.
Dengan segala etnis saya berkawan, dengan segala strata saya bersahabat, dengan segala agama saya akrab, dengan segala perbedaan saya berbaur. Saya telah terbiasa dengan kondisi Bhinneka Tunggal Ika yang memang telah menjadi bagian dalam hidup saya.
Namun semakin tua saya semakin melihat pelangi ini tak lagi melengkung indah. Bidadari pun enggan berselancar untuk menikmati sungai-sungai di bumi ini.... sebab keindahan warna warninya telah diburamkan egoisme Satu warna...
Mereka menghapus warna-warna lain agar tersisa satu warna mayoritas....
Saya terbengong-bengong...
Tak percaya jika hal ini bakalan terjadi.. Sebab saya fikir, keindahan negeri pelangi ini akan kekal abadi dan menjadi kebanggaan anak cucu saya kelak....
Namun saya dihentakkan oleh fakta-fakta tentang sebuah jaman di mana kaum Mayoritas begitu Angkuh dan bertepuk dada seolah mereka lah kaum yang telah menjadikan negeri ini mempesona...
Bagi saya inilah saatnya suara saya boleh digemakan, sebagai salah seorang saksi dimana Pelangi di negeri ini pernah melengkung indah menaungi nusantara dan membuat gentar negeri-negeri lain, dan inilah saat di mana saya akan mengungkapkan fakta-fakata sebagai salah seorang penikmat keindahan pelangi negeri ini yang saat ini sangat kecewa oleh perubahan mindset anak-anak negeri karena kepongahannya menjadi kaum Mayoritas....
Entah dari mana asal muasal perubahan pandang ini berawal... yang jelas, kaum bersorban dan bergamis panjanglah yang senantiasa meneriakkan yel yel mengerikan untuk memporak-porandakan warna warni yang ada menjadi satu warna buram.
Simak video dibawah ini.
0 komentar:
Post a Comment