Kritis itu adalah seperti kita makan ikan: memisahkan mana duri mana daging. Setelah utu, buang durinya, makan dagingnya. Kritis itu seperti meminum kopi hitam. Teguk sarinya, jangan ditelan ampasnya. Maka Ibn Rusyd pernah bilang,
'kritik adalah sebuah penghormatan'.Siapa pun yang kita idolakan geraknya, siapa pun yang kita jadikan pijakan pemikirannya, bersikap kritis kepadanya adalah niscaya.
Atau siapapun yang kita hantam pola pikirnya, siapapun yang sudut pandangnya banyak kita bantah, bersikap kritis kepadanya harus selalu ada. Bagiku, lawan dari sikap kritis bukan diam, tapi cinta buta dan kebencian.
Jika kepada Doraemon kau bersikap kritis, kau akan memujinya saat ia melakukan sesuatu yang benar dan tepat, tapi kau akan membantahnya ketika ia melakukan kesalahan dan bertindak kurang ajar. Sikap kritismu akan benar-benar menundukan Doraemon sebagai manusia, yang punya nafsu baik, dan juga nafsu buruk.
Berbeda jika kepada Doraemon kau terjerumus pada cinta yang buta. Ketika kau melihat Doraemon membunuh manusia, kau anggap itu tak apa. Jika Doraemon menindas sesamanya, kau hukumi sebagai sesuatu yang biasa. Jika Doraemon menghardik dan menghina karya tuhan, kau berdalih bahwa itu memang pantas dilakukan. Sebab kecintaan butamu pada Doraemon, apa pun yang dilakukannya pasti benar, pasti hak, dan kau siap membelanya mati-matian.
Tapi seandainya hatimu terjangkit kebencian pada Doraemon, maka ketika ia sedang memberi santunan, kau hakimi sebagai pencitraan. Ketika ia melakukan setitik kebaikan, kau anggap itu sebagai kepura-puraan. Ketika ia nampak khusyu menyembah Tuhan, kau katakan itu hanya sebatas kemunafikan. Sebab kebencianmu pada Doraemon, apapun yang dilakukannya pasti salah, pasti batil, pasti asu, Bajingan!
Wahai diri, tak ada manusia yang keburukannya sempurna, juga tak ada manusia yang kebaikannya seratus persen.
Nabi Musa a.s yang agung itu pernah terjerembab pada kesombongan, dan firaun yang juran ajar itu pernah menyuapi Nabi Musa dengan penuh kasih sayang. Itu kenapa, senabi-nabinya Musa, Tuhan tetap kirimkan Nabi Khidir untuk mengajarkan sesuatu. Dan segoblok-gobloknya Firaun, Tuhan tetap meminta Nabi Musa menasehatinya dengan lemah lembut.
Hidup Abah Wiranta!!!
Hidup Habib Rizieq!!
Hidup Jonru!!
Hidup Koh Ahok!!
Hidup Susanna!!
Hidup Luna Maya!!
Hidup Syahrini!!
Hidup Miyabi!!
Hidup Jokowi!!
Hidup Prabowo!!
Hidup adalah lahir, kenduri, tua, sakit, dan mati.
Sanghyang Mughni Pancaniti
0 komentar:
Post a Comment