Bungkus Dipuja, Isi Dicaci - suara-onlin
Home » » Bungkus Dipuja, Isi Dicaci

Bungkus Dipuja, Isi Dicaci

Posted by Unknown
suara-onlin, Updated at: February 28, 2017


Saya ingin berbagi kisah tentang Nashrudin Hojja.

Seluruh masyarakat Baghdad diundang Khalifah Harun Ar-Rasyid, untuk dijamu dan diberi makan olehnya. Tak terkecuali Nashrudin. Saat mendatangi undangan itu, pengawal kerajaan tak menerima Nashrudin karena ia tak menggunakan pakaian resmi, mungkin semacam Jas jika hari ini.

Nashrudin pulang. Ia meminjam baju 'kehormatan' itu ke tetangga, lalu kembali ke Istana. Dia diterima akhirnya.

Saat ia memegang sebuah nampan atau baki, dan diisikan makanana oleh Sang Tuan Rumah, ia lepaskan pakaiannya, lalu menindihkannya ke atas tumpukan makanan sambil berkata, "Hei pakaian, makanlah! Karena disini yang diterima adalah kamu, bukan aku."

Betapa baru ini, pun yang diterima adalah 'pakaian-pakaian' itu, sedangkan kemanusiaan selalu tertolak.

Bungkus dipuja, isi dihujat.

Yang banal diagungkan, yang subtansial diacuhkan.

Yang tak terlalu penting diwajibkan, yang sejati malah dimakruhkan.

Mari kita ambil contoh, bagaimana kritikan Nashrudin Hojja itu memang terwujud:

Paman saya pernah melewati Majelis dzikir, yang jamaahnya selalu menggunakan pakaian dan peci putih. Ia masuk untuk mengikuti melafalkan ayat-ayat Allah, sambil menunggu waktu shalat tiba. Namun paman tak diperkenankan ikut berdzikir oleh beberapa Jamaah, hanya karena, waktu itu pamaan saya menggunakan batik dan tak pakai peci.

Atau seorang mahasiswa yang tak diizinkan masuk kelas, hanya karena dia pakai kaos oblong, bukan kemeja seperti yang telah 'disyariatkan' kampus! Otaknya bagaimana, pendapatnya seperti apa, kedalaman sudut pandangannya sampai mana, tak pernah diurus dan dipedulikan.

Atau para pedagang kecil, yang modalnya pas-pasan, kerap terusir hanya karena memacetkan jalan, dan membuat pemandangan kota tak indah. Nasib berniaganya, nafkah untuk istrinya, jajan untuk anaknya, kontrakan rumah yang harus dibayarnya, biarkan saja! Yang penting, ribuan mini market tetap tegak berdiri, dan para pemilik modal tetap bersedia bayar upeti.

Atau seorang artis yang baru bertaubat, seorang pendosa yang kemarin insaf, atau yang baru pulang pesantren kilat, akan tiba-tiba diterima dan digelari ustadz, hanya karena hafal se-ayat dua ayat.

Nasihatnya akan dimutlakan layaknya firman, fatwanya diterima seolah sabda, dan petuah-petuahnya siap dijalankan bagai tak mungkin ada kesalahan.

Pertemuan yang kerap terjadi di antara kita, adalah pertemuan 'pakaian antar pakaian'. Karena pertemuan manusia dengan manusia, atau hamba dengan hamba, semakin hari semakin tak seksi.

Untung saja, untunh saja, Al-Qur'an tetap mau mengingatkan, jika sebaik-baiknya pakaian adalah taqwa: sebuah kesadaran yang terwujud dalam ahlak, bahwa Tuhan memperhatikan kita. Wallahu A'lam Bisshawab.

Shanghyang Mughni Pancaniti


Share This Post :

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2015 suara-onlin.
Design by Creating Website and CB Design